Rabu, 06 November 2019

ZIARAH - Karya Sapardi Djoko Damono

ZIARAH

Kita berjingkat lewat
jalan kecil ini
dengan kaki telanjang; kita berziarah
ke kubur orang-orang yang telah melahirkan kita.
Jangan sampai terjaga mereka!
Kita tak membawa apa-apa.
Kita tak membawa kemenyan atau pun bunga
kecuali seberkas rencana-rencan kecil (yang senantiasa tertunda-tunda)
untuk kita sombongkan kepada mereka.
Apakah akan kita jumpai wajah-wajah bengis,
atau tulang belulang, atau sisa-sisa jasad mereka di sana?
Tidak, mereka hanya kenangan.
hanya batang-batang cemara yang menusuk langit
yang akar-akarnya pada bumi keras.
Sebenarnya kita belum pernah mengenal mereka;
ibu-bapak kita yang mendongeng
tentang tokoh-tokoh itu, nenek moyang kita itu,
tanpa menyebut-nyebut nama.
Mereka hanyalah mimpi-mimpi kita,
kenangan yang membuat kita merasa pernah ada.
Kita berziarah; berjingkatlah sesampai di ujung jalan kecil ini:
sebuah lapangan terbuka batang-batang cemara angin.
Tak ada bau kemenyan tak ada bunga-bunga;
mereka telah tidur sejak abad pertama,
semenjak Hari Pertama itu.
Tak ada tulang-belulang tak ada sisa-sisa jasad mereka.
Ibu-bapa kita sungguh bijaksana,
terjebak kita dalam dongengan nina-bobok.
Di tangan kita berkas-berkas rencana, di atas kepala
sang Surya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar