MENGANALISIS
PUISI
BATU
Karya
: Sutaradji Colzoum Bachri

DISUSUN
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH KAJIAN PUISI
DOSEN
PENGAMPU : SAPTIANA SULASTRI, M. PD.
Oleh
:
EVA
SRIYANINGSIH
(311610102)
A
PAGI
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS
PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
INSTITUT
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN
GURU REPUBLIK INDONESIA
PONTIANAK
2017
BATU
Karya
: Sutaradji Colzoum Bachri
Batu
mawar
Batu
langit
Batu
duka
Batu
rindu
Batu
jarum
Batu
bisu
Kaukah
itu
Teka
teki yang tak menepati janji?
Dengan
seribu gunung langit tak runtuh
Dengan
seribu gunung langit tak runtuh
Dengan
seribu perawan hati tak jauh
Dengan
seribu sibuk sepi tak mati
Dengan
seribu beringin ingin tak teduh
Dengan
siapa aku mengeluh?
Mengapa
jam harus berdenyut sedang darah tak sampai
Mengapa
gunung harus meletus sedang langit tak sampai
Mengapa
peluk diketatkan sedang hati tak sampai
Mengapa
tangan melambai sedang lambai tak sampai. Kau tahu?
Batu
risau
Batu
pukau
Batu
kau-ku
Batu
sepi
Batu
ngilu
Batu
bisu
Kaukah
itu?
Teka
teki yang tak menepati janji?
Menganalisis puisi
Batu, Karya Sutaradji Colzoum Bachri
Struktur fisik :
1.
Diksi (Pilihan Kata)
Dalam puisi “BATU”
pengarang (penyair) mencoba menyeleksi kata-kata yang dipakainya, sehingga
kata-kata tersebut benar-benar mendukung maksud puisinya.
Seperti pada bait:
Batu langit
Batu duka
Batu rindu
Batu janun
Analisis; pada bait
diatas penyair menggunakan kata-kata yang mempengaruhi imajinasi pembaca.
Kata-kata yang digunakan membuat pembaca berfikir maksud puisi tersebut, sebab
pemilihan kata yang digunakan bukanlah kata yang sebenarnya, sehingga sulit
untuk dipahami.
2.
Pengimajian (citraan)
Pada puisi “BATU”
pengimajian yang digunakan oleh pengarang terdapat pada:
Citra penglihatan, pada bait:
Dengan seribu
gunung hati tak runtuh
Dengan seribu
beringin ingin tak teduh
Citra
pendengaran, pada bait:
Mengapa gunung
harus meletus
Sedang langit tak
sampai
Citra perasaan,
pada bait:
Dengan seribu
perawan hati tak jauh
Dengan siapa aku
mengeluh?
3.
Kata-Kata Konkret
Pada puisi “BATU”
kata-kata konkret terdapat pada bait:
Dengan seribu
beringin
Ingin tak teduh
Analisis: dimana
penyair menggambarkan banyaknya tempat berteduh, tetapi tidak ada rasa ingin berteduh.
Sedangkan pada
bait:
Batu langit
Batu duka
Batu rindu
Batu janun
Analisis: penyair
meletakan makna konotasi dimana semua batu tidak ada dilangit ataupun merasakan
duka dan rindu.
4.
Bahasa
Figuratif (Majas)
Bahasa figuratif
yang digunakan dalam puisi “BATU” adalah sebagi berikut:
Personifikasi terdapat pada bait:
Batu duka
Batu rindu
Analisis: dalam
kehidupan nyata, semua batu tidak ada yang merasakan duka dn rindu, sebab batu
adalah benda mati, bukan manusia.
Perumpamaan epos pada bait:
Dengan seribu
gunung
Langit tak runtuh
Analisis: perumpamaan
begitu banyaknya benda yang ada seperti gunung, tetapi langit tidak runtuh.
Metafora terdapat pada bait:
Mengapa jam harus
berdenyut
Sedang darah tak
sampai
Analisis: kata jam dan darah menjadi
simbol dalam puisi ini.
Sinekdos terdapat pada bait:
dengan seribu
gunung langit tak runtuh
dengan seribu
perawan hati tak jatuh
dengan seribu sibuk
sepi tak mati
dengan seribu
beringin ingin tak teduh
Dengan siapa aku
mengeluh?
mengapa jam harus
berdenyut sedang darah tak sampai
mengapa gunung
harus meletus sedang langit tak sampai
mengapa peluk
diketatkan sedang hati tak sampai
mengapa tangan
melambai sedang lambai tak sampai. Kau tahu?
Analisis: Seribu gunung, perawan, sibuk, beringin, adalah
pars pro toto.
5.
Verifikasi (rima, ritme dan metrum)
Rima terdapat pada bait:
dengan seribu
gunung
langit tak runtuh
dengan seribu
perawan
hati tak jatuh
Analisis: pada
puisi ini banyak pengulangan bunyi yang diucapkan seperti contoh kuitpan diatas
yang memiliki bunyi yang sama diulang kembali.
Ritme terdapat pada bait:
Dengan seribu
gunung langit tak runtuh
Dengan seribu
perawan hati tak jauh
Dengan seribu
beringin ingin tak teduh
Analisis: Jelas
pada bait diatas terdapat pengulangan bunyi uh diakhir kalimat, pengulangan
kata dengan seribu pada kalimat
awal, tetapi tidak ada pengulangan kalimat.
Metrum terdapat
pada bait:
Mengapa jam harus
berdenyut sedang darah tak sampai
Mengapa gunung
harus meletus sedang langit tak sampai
Analisis: terdapat pengulangan
tekanan kata.
6.
Sarana
retorika (ulangan yang berlebihan)
Ulangan pola
kalimat yang berupa persetujuan (paralelisme) atau juga penjumlahan pada bait:
batu mawar
batu langit
batu duka
batu rindu
batu jarum
batu bisu
Analisis: Pada
sajak “Batu”, dapat kita lihat pengulangan kata batu di posisi awal.
Struktur batin :
1.
Tema
Pada
puisi BATU karya Sutaradji Colzoum Bachri tema yang diambil adalah memuliakan
batu dengan daya ungkapnya yang sangat memukau si pembaca. Ada batu mawar, batu
langit, batu duka, batu rindu, batu bisu, batu risau, batu pukau. Bahkan
penghormatan Sutaradji Calzoum Bachri pada batu pun mengantarkannya sampai pada
pemuliaannya pada Tuhan, dengan pernyataan, Batu Kauku.
2. Nada
dan Suasana
Nada
yang digunakan dalam puisi tersebut adalah dengan suara yang intonasi rendah
atau memohon kepada Tuhan tentang keluh kesah dan suasana yang terdapat dalam
puisi tersebut adalah sedih, pilu dan memohon
3. Perasaan
Dalam
puisi batu perasaan penyair adalah kesedihan dan menjunjung tinggi kepada sang
pencipta, resah, dan gundah yang dialami.
4. Amanat
Amanat yang terkandung di dalam puisi
Batu, karya Sutaradji Colzoum Bachri adalah sebagai berikut, Pesan moral bahwa hanya pada Tuhan
kita akan kembali dan segala perasaan resah, gundah curhatkan lah dengan sang
pencipta karna dia lah tempat kita mengadu keluh kesah kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar