Sabtu, 09 Februari 2019

Tindak Tutur Lokusi, Ilokusi dan Perlokusi Mata Kuliah Prakmatik


TUGAS KELOMPOK I

Tindak Tutur Lokusi, Ilokusi dan Perlokusi
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pragmatik
Dosen Pengampu : Rini Agustina, M.Pd.


Oleh

                          Anastasia                    
                    Atri Widiyawati         
                      Damai Lestari            
                   Eva Sriyaningsih        
                         Imuntella                   


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
PONTIANAK
2018


Analisis Film Pendek Ketika Jatuh Cinta
Pengertian Tindak Tutur
Tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat psikologis, dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam meghadapi situasi tertentu. Dalam peristiwa tutur dilihat  tujuan peristiwanya, tetapi dalam  tindak tutur lebih dilihat pada makna atau arti tindakan dalam tuturannya.
Kalimat tutur yang dilangsungkan dengan kalimat performatif oleh Austin (1962: 100-102) dirumuskan sebagai tiga peristiwa tindakan yang berlangsung sekaligus, yaitu:
Tindak Tutur lokusi adalah tindak tutur yang menyatakan sesuatu dalam arti “berkata” atau tindak tutur dalam bentuk kalimat yang bermakna dan dapat dipahami. Misalnya, “ ibu guru berkata kepada saya agar saya membantunya”. Searle menyebut tindak tutur lokusi ini dengan istilah tindak bahasa preposisi karena tindak tutur ini hanya berkaitan dengan makna.
Dialog yang menyatakan tindak tutur lokusi berada di scene 3 :
Eva : “oh iya dek, kakak mau bilang semoga kamu tidak tersinggung ya, kakak berdua melihat dandanan kamu terlalu menor dek, dan itu tidak boleh. Kamu tau sendiri kan kita ini calon guru jadi penampilan kita harus sopan dan sesantun mungkin. Ini peraturan dari prodi kita ya bukan dari kakak-kakak.”
Kami memilih kutipan dialog diatas karena mengandung tindak tutur kalimat bermakna dan dapat dipahami oleh objek.

Tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur yang biasanya diidentifikasikan dengan kalimat performatif yang eksplisit. Tindak ilokusi ini biasanya berkenaan dengan pemberian izin, mengucapkan terima kasih, menyuruh menawarkan, dan menjanjikan. Misalnya, ibu guru menyuruh saya agar segera berangkat”. Kalau tindak tutur ilokusi hanya berkaitan dengan makna, maka makan tindak tutur ilkusi berkaitan dengan nilai, yang dibawakan preposisinya.
Dialog yang menyatakan tindak tutur ilokusi berada di scene 1 :
Mama :Mama tahu sebenarnya kamu gak mau dipindahkan ke IKIP dan setelah mama pikirkan,mama akan ngasih kamu kesempatan sayang. Jadi kamu boleh batalkan transfer kamu ke IKIP jika kamu harus merasa bahwa kamu tidak suka disana. Tapi dengan syaratkamu harus mengikuti perkulihan di IKIP selama satu minggu. Jika dalam satu minggu itu kamu merasa tidak betah maka kamu boleh kembali lagi ke untan,mama akan urus semuannya. Anggap saja ini masa percobaan (tersenyum).
Kami memilih kutipan diatas karena kalimat yang di lontarkan tokoh mama memberikan kesempatan, menyuruh, menawarkan dan menjanjikan sesuatu pada tokoh lainnya (Tasya)

Tindak tutur perlokusi adalah tindak tutur yang berkenaan dengan adanya ucapan orang lain sehubungan dengan sikap dan perilaku non linguistik dari orang lain itu. Misalnya,” dilarang membuang sampah di area ini”, maka pasien akan panik atau sedih. Ucapan si dokter itu adalah tindak tutur perlokusi.
Dialaog yang menyatakan tindak tutur perlokusi terdapat di scene 4 :
Imuntela : dek, abang mau tanya , kamu udah tau belom peraturan kampus ini?
Kami megambil kutipan dialog diatas karena ada kata (peraturan kampus ini) karena kalimat tersebut tindak tutur yang berkenaan dengan adanya ucapan orang lain sehubungan dengan sikap dan prilaku non lingustik dari orang lain.


                                                       KETIKA JATUH CINTA

Sutradara                               : Damai Lestari
Penulis dialog                         :  Atri widiyawati dan Eva Sriyaningsih
Editor                                     : Anastasya
Produser                                : Imuntela
Penata kamera                      : Diyan Mardianto

Keterangan pemain :
Pemeran utama                        : Anastasya
Orang tua  pemeran utama      : Atri Widiyawati
Senior 1                                   : Eva sriyaningsih
Senior 2                                   : Damai Lestari
Ketua Himpunan                     : Imuntela
           
Scene 1
Ruang kamar. telepon Anas berdering panggilan masuk dari Mama. Anas mengangkat telepon
Mama              : Assallamualaikum, nak.
Anastasya      : (mengangkat telepon) Wa’allaikum salam, Iya Ma. Ada apa Ma, kok udah telepon pagi-pagi.
Mama              : kamu udah lama bangun sayang?
Anastasya        : Barusan Ma
Mama              : Ya udah habis ini kamu sholat subuh dulu ya Sayang?
Anastasya        : Iya Ma.
Mama              : hari ini hari pertama kamu kuliah di IKIP kan Sayang?
Anastasya        : Iya Mama.
Mama          : Mama tahu sebenarnya kamu gak mau dipindahkan ke IKIP dan setelah Mama pikirkan, Mama akan ngasih kamu kesempatan sayang . jadi kamu boleh batalkan transfer kamu ke IKIP jika kamu merasa bahwa kamu tidak suka di sana. Tapi dengan syarat kamu harus mengikuti perkuliahan di IKIP selama satu minggu. Jika dalam satu minggu itu kamu merasa tidak betah maka kamu boleh kembali lagi ke Untan, Mama akan urus semuanya. Anggap saja ini masa percobaan. (Tersenyum)
Anastasya          : Iya Ma, makasih ya Ma (Tersenyum)
Mama       : Sama-sama Sayang. ya udah kalau gitu Mama tutup teleponnya ya Sayang,  Assalamuallaikum.
Anastasya           : Wa’allaikum salam Ma.

Scene 2
Mama                 : Anak itu ya. Tasya-Tasya. (tersenyum lalu bangun dari tempat tidur)
Anastasya      : (Menoleh kea rah laptop. Bangun dari tempat tidur menuju kamar mandi lalu berwudhu lalu sholat)

Scene 3
Anastasya           : (berlipstik dan tersenyum menghadap cermin)
Anastasya           : (Keluar dari rumah, menaiki motor dan pergi ke kampus)
Anastasya           : (Sampai diparkiran lalu meninggalkan parkiran)
Anastasya           : (Berjalan melewati lorong kampus dan berpapasan dengan mahasiswa lainnya)
Damai                 : Eh liat anak baru itu, dandanannya berlebihan,.
Eva                    :Iya berlebihan banget, kan gak boleh gitu masa calon guru kayak gitu, harus    kita kasih tau. (melihat kearah tokoh utama)
Anastasya           : (Dompet jatuh)
Eva                 : (Mengambil dompet jatuh. Jongkok, bangun lalu mengejar Tasya. Menepuk punggung Tasya)
Anastasya           : (Balik badan)
Eva                     : Dek, dompetnya jatuh.
Anastasya           : Oh iya Kak, makasih banyak ya Kak.
Eva                     : Sama-sama Dek. Prodi apa Dek?
Anastasya           : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Kak.
Eva                     : Oh iya Dek, kakak mau bilang, Semoga kamu gak tersinggung ya, kakak berdua liat dandanan kamu terlalu menor dek dan itu gak boleh Dek. Kamu tahu sendirikan kita ini calon guru jadi penampilan kita harus sopan dan sesantun mungkin. Itu bukan buatan kakak-kakak ya tapi itu udah peraturan kampus dek bahkan dari dulu-dulu jauh sebelum kita kuliah di sini.
Anastasya           : Oh iya maaf Kak saya gak tau Kak.
Eva                     : Iya Dek, semoga gak tersinggung ya, kita sama-sama saling mengingatkan. Besok diperbaiki ya Dek. (Tersenyum)
Anastasya           : Baik Kak. Oh iyalah kak kalau gitu saya mau pergi dulu ya Kak, ada urusan di bagian akademik.
Eva                     : Oke (tersenyum).
Damai                 : Eh itukan
Eva                     : Iya itu maba yang kemarin. Kok dandannya masih kayak gitu, padahal udah kita bilang.
Damai                 : Tuh anak nyolot dan gak mau dengarin, ya udah kita laporin aja sama ketua himpunan HMBSI. (kesal)
Eva                     : Iya setuju.

Scene 4
Imuntela             : Anaknya yang mana ya?
Damai                 : Itu yang di belakang kamu.
Imuntela             : (Menoleh) Ini anaknya?
Damai                 : Iya itu anaknya.
Imuntela             : (Memanggil Tasya) Dek boleh kesini sebentar Dek. (duduk di sebuah kursi)
Anastasya           : Saya Kak? (menunjuk dirinya lalu mendekat) ada apa kak? (duduk)
Imuntela             : Gak, kak Cuma mau ngobrol. Dek, kak mau tanya, Kamu udah tau belum peraturan kampus ini?
Anastasya           : Belum kak
Imuntela             : Ya udah kakak jelasin ya, jadi kampus kita itu gak bolehin mahasiswanya berdandan yang berlebihan dan menggunakan pakaian yang yang tidak sesuai. Jadi tadi kak gak sengaja lihat adek, dan menurut kak, ini mohon maaf ya kak. Dandanan adek agak sedikit berlebihan. Sebenarnya ini gak masalah bagi Abg secara pribadi. Tapi karena kakak ketua himpunan Prodi pendidikan bahasa dan sastra indonesia maka mengingatkan Adek dan warga prodi pendidikan Bahasa dan sastra indonesia adalah tugas kakak. Jadi kakak harap besok adek dandanannya diperbaiki ya Dek.
Anastasya           : Oh iya Kak. Maaf ya Kak. Besok saya akan rubah
Imuntela             : Oke Dek. kak harap Adek gak tersinggung ya? (tersenyum)
Anastasya           : Makasih ya Kak udah ingatin.
Imuntela             : Sama-sama Dek. Yau udah kalau gitu kak pergi dulu ya. (pergi)
Anastasya           : Iya kak.

Scene 5
Ruang kamar
Anastasya        : (meletakan tas dan Handphone di atas kasur)
   telepon  berbunyi, panggilan dari Mama.
Anastasya        : (Mengangkat telepon) wa’allaikum salam Ma. Iya lancar Ma. Aku kayaknya gak akan kembali Ma. Udah betah di IKIP. (senyum dan ketawa). Iya Ma. Wa’allaikum salam (kembali senyum).
Scene 6
Hari ke-3 kuliah
Anastasya        : Kak, aku mau bilang makasih berkat kalian aku jadi betah dan memilih untuk  lanjut kuliah di IKIP.
Damai              : Loh emangnya kenapa?
Anastasya        : Jadi sebenarnya aku itu bukan maba Kak. Aku mahasiswa transferan dari Untan.  Awalnya aku memang gak betah dan gak minat untuk ditransfer ke sini. Tapi karena Mama aku memaksa aku terpaksa harus jalanin tantangan dia. Mama bilang kalau aku udah lewatin satu minggu di IKIP dan aku gak betah, aku boleh kembali lagi ke Untan. Awalnya aku berpikiran aku pasti gak akan betah. Namun semenjak hari pertama ketemu Kakak berdua yang waktu itu ngingatin aku, aku jadi tahu bahwa kalian peduli dan aku belum pernah bertemu orang seperti kalian. Hari berikutnya ku sengaja ngulangin keslahan aku, karena aku mau lihat apakah kalian masih peduli apa gak. Ternyata kalian masih tetap peduli. Aku ingin temanan sama kalian.
Damai              : Kenapa gak, iya kan Eva? (tersenyum)

 Scene 7
Naratif : Begitulah ketika jatuh cinta, hal yang tadinya mustahil akan menjadi mungkin ketika kita jatuh cinta. Maka jatuh cintalah dengan setiap hal yang ada dalam hidup kita. Syukuri apa yang sudah menjadi takdir kita dan nikmati setiap perjalanannya. Cinta membuat hidup lebih berarti dan bermakna.” Selesai.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar